Friday 12 April 2013
Monday 8 April 2013
MAKALAH CACING TAMBANG
CACING
TAMBANG
Di susun oleh :
NURUL FITRI (10117011)
Dosen Pembimbing : Suryani
Siregar,S.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI BIOLOGI
UNIVERSITAS ABULYATAMA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Kata
Pengantar
Bismillahirramanirrahim...
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan
kehadirat ALLAH S.W.T yang telah memberikan rahmat karunia dan petunjuk-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah parasitologi
ini yang berjudul“CACING
TAMBANG”. Shalawat
dan salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W yang telah membawa umatnya
dengan ajaran yang disempurnakan dan mulia sebagai pedoman hidup.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk
memenuhi kegiatan belajar-mengajar. Ucapan
terimah kasih kami kepada dosen pembimbing mata kuliah Parasitologi ibu Suryani Siregar, S.Pd yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Isi makalah ini kami dapat dari beberapa sumber media internet dan beberapa buku yang telah kami pertimbangkan sebelumnya.
Penulis
menyadari bahwa hasil penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini.
Dan penulis sangat mengharapkan saran-saran dari berbagai pihak untuk kemajuan
dan perbaikan dimasa yang akan datang.
Lampoh Keude, 14
November 2012
Penulis
Kelompok 7
Daftar Isi
Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar
isi.................................................................................................................ii
BAB
I Pendahuluan................................................................................................1
1.1 Latar belakang …………………………………………………….....1
1.2 Tujuan penulisan ……………………………………………………...2
1.3 Manfaat penulisan …………………………………………………....2
BAB
II Pembahasan ……………………………………………………………..3
2.1 Sejarah Cacing Tambang
…………………………………………….3
2.2 Morfologi Cacing Tambang
……………………………………….....4
2.3 Epidemiologi
………………………………………………………,..4
2.4 Siklus Hidup Cacing Tambang
…………………………………..…..5
2.6 Pencegahan ………………………………………………………....6
BAB
III Penutup ………………………………………………………………..8
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………8
3.2 Saran …………………………………………………………….....9
Daftar Pustaka …………………………………………………………………10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Parasitologi
merupakan ilmu yang berisi kajian tentang organisme (jasad hidup) yang hidup
dipermukaan atau didalam tubuh organisme lain untuk sementara waktu atau selama
hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari
organisme lain tersebut (Parasitologi kedokteran, 2010).
Parasitisme
merupakan hubungan antara dua organisme, yang satu diantaranya mendapat
keuntungan dan yang lain dirugikan. Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari
parasit yang berupa cacing. Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk
Nemethelminthes (kelas nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan
transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini memiliki alat kelamin
terpisah (Parasitologi kedokteran, 1998).
Nematoda
intestinal yaitu nematode yang berhabitat disaluran pencernaan manusia. Manusia
merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada nematoda ini
menyebabkan masalah kesehatan masyarakat. Infeksi cacing ini dapat ditularkan
melaui vektor atau kontak langsung.
Diantara
nematoda intestinal terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan
disebut “soil transmitted helmints”, yaitu nematoda yang siklus hidupnya untuk
mencapai stadium infektif, memerlukan tanah dalam kondisi tertentu. Salah satu
nematoda golongan Soil Transmitted Helmints adalah jenis cacing tambang
(Necator americanus dan Ancylostoma duodenale).
Tanah yang
baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu
optimum untuk Necator americanus 28o – 32oC, sedangkan
Ancylostoma duodenale lebih rendah 23o – 25oC. pada
umumnya A.duodenale lebih kuat.
1.2 Tujuan
penulisan
Tujuan yang
hendak dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui siklus hidup cacing tambang,
dan mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi cacing tambang.
1.3 Manfaat
penulisan
Manfaat yang
dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Membantu mahasiswa untuk memahami tentang cacing
tambang.
2.
Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh nilai mata
kuliah parasitology.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Cacing Tambang
Cacing tambang diberi nama “cacing tambang” karena
pada zaman dahulu cacing ini ditemukan di Eropa pada pekerja pertambangan, yang
belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai. (Parasitologi kedokteran,
1998). Necator americanus banyak ditemukan di Amerika, Sub-Sahara Afrika, Asia
Tenggara, Tiongkok, and Indonesia, sementara A. duodenale lebih banyak di Timur
Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat
penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan
di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. bentuk
infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform. Setelah cacing tersebut
menetas dari telurnya, munculah larva rhabditiform yang kemudian akan
berkembang menjadi larva filariform.
Taksonomi dari cacing tambang
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Strongylida
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma
dan Necator
Spesies : Ancylostoma
duodenale (Afrika)
Necator
americanus (Amerika)
2.2 Morfologi Cacing Tambang
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia,
dengan mulut yang melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale
ukurannya ebih besar dari Necator americanus. Yang betina ukurannya 10-13 mm x
0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai huruf C, Necator
americanus berbentuk huruf S, yang betina 9 – 11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 – 9
x 0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale mempunyai dua pasang gigi, N.americanus
mempunyai sepasang benda kitin. Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut
bursa copalatrix. A.duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000
butir, sedang N.americanus 9.000 butir. Telur dari kedua spesies ini tidak
dapat dibedakan, ukurannya 40 – 60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis
dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen. Di tanah
dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang
menjadi 2, 4, dan 8 lobus.
2.3 Epidemiologi
Kejadian penyakit ini di
Indonesiasering ditemukan terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan
atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka
gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat
menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian
tinja sebagai pupuk kebun sangat berperan dalam penyebaran infeksi penyakit ini
(Gandahusada, 1998). Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah
gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32oC – 38oC.
Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila
keluar rumah .
2.4 Siklus Hidup Cacing Tambang
Telur - larva rabditiform -larva
filariform - menembus kulit - kapiler
darah- jantung kanan -paru -bronkus- trakea- laring- esopghagus- usus
halus.
Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan berubah menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan temperatur yang optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23 – 300 C. Larva rabditiform makan zat organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera menemukan host, maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh host melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).
2.5 Patologi dan Gejala Klinis
1. Stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit, maka
terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch, dan kelainan pada paru
biasanya ringan.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada:
a. Spesies dan jumlah cacing
b. Keadaan gizi penderita
Gejala klinik yang timbul bervariasi bergantung pada
beratnya infeksi, gejala yang sering muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila
bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi.
Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan
darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A. duodenale 0,08 – 0,34 cc.
biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat
eosinofilia.
Anemia karena Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus biasanya berat. Hemoglobin biasanya dibawah 10 (sepuluh) gram per
100 (seratus) cc darah jumlah erythrocyte dibawah 1.000.000 (satu juta)/mm3.
Jenis anemianya adalah anemia hypochromic microcyic.
Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
2.6 Pencegahan
Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara Sanitasi lingkungan, diantaranya:
1. Hindari berjalan keluar rumah tanpa memakai alas kaki
1. Hindari berjalan keluar rumah tanpa memakai alas kaki
Kebiasaan tidak memakai alas kaki merupakan faktor
resiko yang kuat untuk terjadinya infeksi cacing tambang.
2. Cuci tangan sebelum makan
cuci tangan, pekerjaan ini adalah Awal yang terpokok
jika anda ingin tetap sehat. Dimanapun dan kapanpun selalau ada bakteri atau
mikroorganisme yang siap masuk melawan tubuh kita 70 % perantara yang tepat
adalah dari tangan, untuk itu cuci tangan adalah salah satu tindakan preventif
yang sangat tepat.
3. Hindari pemakaian feces manusia sebagai pupuk pada
sayuran
Jika sayuran yang dimakan tidak bersih maka larva
cacing akan ikut termakan karena sayuran dipupuk menggunakan feces manusia yang
telah terinfeksi.
4. Jika anda Ibu, awasi dan jaga anak anda main di Tanah
Dari sifat hidupnya, cacing tambang hidup pada tanah,
sangat cepat menular melalui kulit, melewati epidermis kulit teratas hingga
terakhir, anak – anak tentulah sangat mudah untuk dijadikan media untuk hidup
si cacing tambang. Untuk itu perlu awasi anak anda saat bermain di tanah atau
di halaman rumah yang memungkinkan adanya cacing tambang. Jika terlanjur
memanjakan anak anda, lakukan kegiatan prefentif yaitu bersihkan seluruh badan
anak dari tanah sehabis main.
5. Bersih Pakaian dan tempat
Mikroba penyebab infeksi ada dimana – mana, bahkan
tempat maupun pakaian kita yang terlihat bersihpun bisa saja terdapat kuman –
kuman yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian Kebersihan atau sanitasi dan
higienis tempat anda sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan anda dan
keluarga.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale. Cacing ini berhabitat di usus halus
manusia. Necator Americanus menyebabkan Necatoriasis dan A.duodenale
menyebabkan Ankilostomiasis.
Dalam sehari N. americanus dapat bertelur 9.000 butir
dan A.duodenale 10.000 butir. Telur yang keluar bersama tinja manusia ditanah
akan menetas setelah 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu
kira-kira 3 hari larva rabditiform akan tumbuh menjadi larva fiariform, dan
dapat hidup selama 7-8 minggu didalam tanah. Larva filariform inilah bentuk
infektif cacing tambang ini yang dapat menembus kulit manusia. larva filariform
masuk kedalam tubuh manusia melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah
limfa, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke
paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia
tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus dan menjadi
dewasa (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).
Infeksi ini terjadi didaerah yang hangat dan lembab,
dengan tingkat kebersihan yang buruk. Infeksi cacing ini disebabkan oleh
kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces manusia sebagai
pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga bias masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan yang masuk ke mulut.
Gejala yang ditimbulkan, stadium larva menyebabkan
kelainan pada kulit (ground itch). Stadium dewasa tergantung dari spesies dan
jumlah cacing serta keadaan gizi penderita.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi, jika kasus berat dapat diberikan tranfusi darah, dan jika kondisi penderita stabil dapat diberikan pirantel pamoat dan mabendazol yang digunakan beberapa hari berturut-turut. Pencegahan yang paling utama yaitu dengan sanitasi lingkungan dengan menjaga pola hidup bersih.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi, jika kasus berat dapat diberikan tranfusi darah, dan jika kondisi penderita stabil dapat diberikan pirantel pamoat dan mabendazol yang digunakan beberapa hari berturut-turut. Pencegahan yang paling utama yaitu dengan sanitasi lingkungan dengan menjaga pola hidup bersih.
3.2 Saran
1. Menjaga pola hidup bersih agar terhindar dari penyakit.
2. Segera berobat jika timbul gejala awal, karena
penyakit yang sudah kronis akan sulit untuk disembuhkan.
3. Hindari faktor resiko terinfeksi.
3. Hindari faktor resiko terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
September 2012
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/2263720-cacingtambangancylostoma/#ixzz28OPqd1aZ.
Diakses pada tanggal 13 September 2012
Diakses pada tanggal 16 September 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)
Makalah Pediculus humanus capitis
Pediculus humanus capitis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjuangan manusia melawan gangguan serangga (Art h ropoda pen...
-
Makalah Parasitologi CACING TAMBANG Di susun oleh : NURUL FITRI (10117011) Dosen Pembimbing : Suryani Siregar,S.Pd ...
-
Pediculus humanus capitis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjuangan manusia melawan gangguan serangga (Art h ropoda pen...