Thursday 12 January 2017

presentasi perkembangan kutu kepala


PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1 PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA NEGERI 1 KUTA BARO

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1
PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA NEGERI 1
KUTA BARO

Nurul Fitri, S.Pd

Abstract
The purpose of this research is improving student’s learning outcomes using Learning Group Investigation Model for the ecosystems subject in class X1 of SMA 1 Kuta Baro Academic Year 2013/2014. The method that used in this research was descriptive development. The instrument was a set of question as a test items. Data were obtained by testing the learning outcomesin two cycle treatments. The technique used to analize the data was the qualitative descriptive technique. The result showed that the student’s learning outcomes in class X1 of SMA 1 Kuta Baro for the ecosystems subject were improved by using the Learning Group Investigation Model. The precentage of student’s accomplishment increased from 7.15% (pre cycle), to 64.28% (cycle I) and 92.85% (cycle II), which was considered very high.

Keywords:         Learning Group Investigation Model, Learning Outcomes, Ecosystem Subject

PENDAHULUAN

            Salah satu masalah yang terjadi di dunia pendidikan khususnya di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing siswa dalam kehidupan. Lemahnya proses pembelajaran terjadi karena dalam proses belajar mengajar masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional[1]. Hal tersebut juga dialami oleh siswa SMA Negeri 1 Kuta Baro.
            Dari hasil observasi, siswa kelas X SMA Negeri 1 Kuta Baro memiliki nilai Ujian Semester Ganjil (USG) yang tergolong rendah pada mata pelajaran Biologi khususnya di kelas X1, dimana hasil USG menunjukan lebih 50% siswa kelas X1 tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di sekolah tersebut yakni 70. Selain itu pada umumnya siswa di sekolah tersebut tidak berani menyampaikan gagasan dan bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dipahami, karena takut pendapat mereka dianggap salah. Permasalahan tersebut terjadi dikarenakan pada dasarnya guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yakni ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa bosan, cenderung pasif dan kurang memahami materi yang disampaikan. [2]Kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada guru menyebabkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan hasil belajar siswa menjadi rendah.
            Peningkatan hasil belajar siswa dapat ditempuh melalui kreativitas guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberikan inovasi baru sehingga dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat belajar siswa, dengan demikian tujuan yang diharapkan dapat tercapai[3]. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah Group Investigation, model pembelajaran ini dianggap tepat karena dalam penerapannya model Group Investigation menuntut siswa agar dapat aktif dan dapat bekerjasama dalam kelompok, mulai dari pemilihan topik sampai dengan mempresentasikan hasil diskusi mereka di hadapan kelas. Hal tersebut dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat terwujud.

Terkait dengan mata pelajaran Biologi, materi ekosistem sangat luas dan ditekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Hal tersebut dikarenakan konsep ekosistem mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungan, baik biotik, abiotik, individu, populasi, komunitas, konsumen, dekomposer serta interaksi antar komponen dalam ekosistem. Materi ini sudah pernah dipelajari ketika masih di SMP, namun karena selang waktu yang cukup lama siswa-siswa menjadi lupa dengan materi tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif, kreatif, yang dapat membuat siswa lebih aktif belajar serta dapat memahami konsep atau prinsip-prinsip Biologi[4][5]. Hasil observasi di SMA Negeri 1 Kuta Baro pada materi ekosistem rata-rata siswa telah lupa tentang materi ekosistem karena sudah lama tidak mempelajarinya lagi dan proses pembelajaran di SMA tersebut masih menggunakan model konvensional (ceramah) sehingga perlu diadakannya pembaharuan model pembelajaran yang digunakan agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X1 pada Materi Ekosistem di SMA Negeri 1 Kuta Baro”. Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah hasil belajar siswa kelas X1 pada materi ekosistem di SMA Negeri 1 Kuta Baro dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pembelajaran Group Investigation.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlangsung dalam semester II (Genap) tahun ajaran 2013/2014 yaitu bulan Maret – Juni 2014 di Kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro Aceh Besar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dirancang dalam dua siklus, dimana setiap siklus dilakukan selama 4 jam pelajaran (dua kali pertemuan). Rancangan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi (Kemmis dan Taggart)[6].
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kuta Baro yang berjumlah 32 orang. Sedangkan sampel atau subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro yang berjumlah 14 orang dan terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Pertimbangan penulis mengambil subjek penelitian tersebut dimana siswa kelas X1 memiliki nilai ujian semester ganjil lebih rendah dari pada siswa kelas X2. [7]Kelas yang dijadikan subjek penelitian merupakan kelas yang mempunyai keberagaman dari segi tingkat kemampuan siswa, artinya kelas tersebut bukan merupakan kelas yang terdiri dari siswa yang memiliki prestasi tinggi, tetapi terdiri dari siswa yang memiliki prestasi sedang dan rendah.
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik tes yang terdiri atas 20 butir soal dalam bentuk pilihan berganda yang dilakukan pada tahap awal, akhir siklus I dan akhir siklus II. Untuk mencegah soal-soal yang tidak tervalidasi, maka soal-soal yang digunakan bersumber dari beberapa buku yang relevan.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Siklus I
Sub materi: Pengertian ekosistem, lingkungan ekosistem, satuan-satuan penyusun ekosistem, interaksi-interaksi dalam ekosistem, tipe-tipe ekosistem, rantai makanan dan aliran energi.
a.    Perencanaan (planning) tindakan, terdiri atas kegiatan:
1.    Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan untuk menyusun indikator,
2.    Penyusunan rencana pembelajaran (RPP),
3.    Penyiapan materi, dan membuat soal posttest.

b.    Pelaksanaan (acting) tindakan, terdiri atas kegiatan:
1.    pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,
2.    guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran model Group Investigation pada kompetensi dasar mengenai materi Ekosistem,
3.    secara klasikal menjelaskan strategi dalam pembelajaran model Group Investigation,
4.    melaksanakan langkah-langkah pembelajaran model Group Investigation, yaitu:
·      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen.
·      Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
·      Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
·      Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah adas ecara kooperatif  yang bersifat penemuan.
·      Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
·      Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus member kesimpulan.
·      Guru memberikan posttest.
c.    Pengamatan (Observing), yaitu mengamati dampak atau hasil tindakan yang dilaksanakan. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
d.    Refleksi (reflecting), yaitu mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam hasil dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi guru dapat melakukan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan pada siklus I untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.
2.      Siklus II
Sub materi: Daur Biogeokimia dan Suksesi.
a.    Perencanaan (planning) tindakan, terdiri atas kegiatan:
1.    Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan untuk menyusun indikator,
2.    Penyusunan rencana pembelajaran (RPP),
3.    Penyiapan materi, dan membuat soal evaluasi untuk akhir siklus.
b.    Pelaksanaan (acting) tindakan, terdiri atas kegiatan:
1.    pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,
2.    melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran model Group Investigation pada kompetensi dasar mengenai materi Ekosistem,
3.    secara klasikal menjelaskan strategi dalam pembelajaran model Group Investigation,
4.    melaksanakan langkah-langkah pembelajaran model Group Investigation, yaitu:
·      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen.
·      Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
·      Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
·      Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
·      Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
·      Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus member kesimpulan.
·      Guru memberikan posttest.
c.    Pengamatan (Observing), yaitu mengamati dampak atau hasil tindakan yang dilaksanakan. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
d.    Refleksi (reflecting), yaitu mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam hasil dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi guru dapat melakukan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan pada siklus II untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.
Indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika siswa secara keseluruhan telah mampu menguasai materi ekosistem. Dengan cara pembuktian bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah mencapai 85% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 untuk ketuntasan individual. Nilai KKM tersebut telah ditetapkan oleh guru-guru bidang studi Biologi di SMA Negeri 1 Kuta Baro dan disahkan oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan rumus persentase[8], yaitu:

P =  x 100%  
Keterangan :
P = Angka persentase
f = Frekuensi siswa yang tuntas
N = Jumlah siswa.

Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Siswa
No.
Persentase (%)
Kategori Penilaian
1.
> 80%
Sangat Tinggi
2.
75 – 79,9%
Tinggi
3.
70 – 74,9%
Cukup
4.
60 – 69,9%
Rendah
5.
0 – 59,9%
Sangat Rendah
(Aqib) [9].

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Penelitian
      Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal (pra siklus) hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro Aceh Besar pada materi ekosistem diperoleh dengan cara memberikan tes kemampuan awal. Hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro Aceh Besar pada materi Ekosistem sebelum tindakan diberikan (pra siklus) disajikan dalam histogram berikut.

Gambar 1. Grafik ketuntasan belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro
                     pada tahap pra siklus.
Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa persentase ketuntasan siswa hanya mencapai 7.15% dan capaian nilai pada tes kemampuan awal rata-rata 30.35. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan siswa masih sangat rendah, yakni hanya satu orang dari keseluruhan siswa (14 siswa) yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berpatokan pada hasil observasi tersebut maka perlu untuk dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation. Model Group Investigation menuntut siswa untuk saling berdiskusi dalam kelompok kecil sehingga masing-masing siswa menjadi paham dengan materi yang diajarkan dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
            Pada siklus ini dilakukan proses pembelajaran dengan sub materi pengertian ekosistem, lingkungan ekosistem, satuan-satuan penyusun ekosistem, interaksi-interaksi dalam ekosistem, tipe-tipe ekosistem, rantai makanan dan aliran energi. Langkah-langkah pada siklus I sebagai berikut:
a.         Perencanaan (planning) tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus I meliputi analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan untuk menyusun indikator; penyusunan rencana pembelajaran (RPP); menyiapkan materi; dan membuat soal posttest.
b.        Pelaksanaan (acting) tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I yaitu, pada awal pembelajaran peneliti menjelaskan strategi dalam pembelajaran model Group Investigation, kemudian melaksanakan langkah-langkah pembelajaran model Group Investigation, yaitu:
·           Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen.
·           Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
·           Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
·           Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
·           Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
·           Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
·           Guru memberikan posttest.



c.         Pengamatan (Observing)
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan observasi terhadap hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro dengan menggunakan tes yang telah disediakan. Adapun data mengenai hasil belajar siswa setelah siklus I dilaksanakan dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2.    Grafik ketuntasan belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta
                                       Baro siklus I.

Data tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 64.28%, keadaan ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa berkategori rendah atau sebanyak 9 siswa yang mencapai ketuntasan dari 14 siswa kelas X1.
d.        Refleksi (reflecting)
Hasil observasi dan evaluasi siklus I menunjukkan bahwa pada umumnya siswa sudah tuntas belajar. Namun persentase ini belum melampaui target yang ditentukan sebelumnya yaitu ≤ 85% untuk ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I, masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran yaitu dengan melanjutkan ke siklus II supaya target yang telah ditentukan dapat terpenuhi sehingga kompetensi pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II. Tindakan pada siklus II lebih difokuskan untuk penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang terdapat pada siklus I. Adapun kendala yang ada pada siklus I adalah belum tercapainya ketuntasan klasikal. Sub materi yang dipelajari pada proses pembelajaran tahap ini adalah daur biogeokimia dan suksesi. Langkah-langkah tindakan pada siklus II yaitu:
a.         Perencanaan (planning) tindakan
Terdiri atas kegiatan:penyusunan rencana pembelajaran (RPP); menyiapkan materi, dan membuat soal evaluasi untuk akhir siklus.
b.        Pelaksanaan (acting) tindakan
Pada awal pembelajaran peneliti menjelaskan kembali strategi dalam pembelajaran model Group Investigation, kemudian melaksanakan langkah-langkah pembelajaran model Group Investigationseperti pada siklus I. Selain itu peneliti juga memberikan bimbingan lebih terhadap siswa yang masih kurang paham terhadap sub materi yang dipelajari.

c.         Pengamatan (Observing)
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan observasi terhadap hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro dengan menggunakan tes yang telah disediakan. Data hasil belajar siswa siklus II dituangkan dalam Gambar 3.
 
Gambar 3.      Grafik ketuntasan belajar siswa Kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta
                                       Baro siklus II.

Data tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro Aceh Besar telah tercapai. Dimana persentase ketuntasan klasikal siswa pada siklus II lebih baik dari siklus I, telah mencapai 92.85% berkategori sangat tinggi, yaitu sebanyak 13 siswa dari keseluruhan 14 siswa telah mencapai ketuntasan belajar.
d.        Refleksi (reflecting)
Berdasarkan data yang tertera dalam tabel 4, ketuntasan belajar siswa kelas X1 pada materi ekosistem di SMA Negeri 1 Kuta Baro telah mencapai 92.85%. Angka tersebut sudah melampaui indikator kinerja siswa yang telah ditetapkan.

2.      Pembahasan
Hasil belajar siswa kelas X1 pada materi ekosistem di SMA Negeri 1 Kuta Baro dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Hasil observasi tahap awal terhadap hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro materi ekosistem pada tahap pra siklus diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar hanya 7.15%. Hasil belajar pada akhir siklus I siswa yang tuntas belajar sebesar 64.28%, sedangkan pada akhir siklus II diperoleh sebesar 92.85% siswa telah tuntas belajar. Untuk lebih jelasnya data-data peningkatan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro pada materi ekosistem dengan model pembelajaran Group Investigation disajikan dalam histogram berikut.

Gambar 4.    Grafik persentase peningkatan hasil belajar siswa kelas X1 SMA
                        Negeri 1 Kuta Baro pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II.

            Dari hasil observasi tahap awal terhadap hasil belajar siswa kelas X1 di SMA Negeri 1 Kuta Baro menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa di kelas tersebut tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi ekosistem.Hanya 7.15% siswa yang mencapai KKM, persentase ini tergolong dalam kategori sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah lama tidak mempelajari materi ekosistem, jadi mereka lupa tentang materi tersebut, dan juga guru yang mengajar mata pelajaran Biologi masih menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga membuat siswa merasa kurang tertarik dan bosan belajar. [10]Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) hanya menempatkan siswa pada posisi pasif sebagai penerima bahan ajar. Akibatnya proses pembelajaran cenderung membosankan dan mengakibatkan siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan dan life skillnya.
Berdasarkan hasil tes siklus I yakni setelah diterapkan model pembelajaran Group Investigation menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro Aceh Besar mengalami peningkatan dari 30.35 menjadi 70.71 dan persentase ketuntasan juga mengalami peningkatan sebesar 57.13% sehingga menjadi 64.28%, namun kondisi ini masih berkategori rendah. Rendahnya ketuntasan belajar siswa pada tahap ini dikarenakan siswa kurang paham terhadap materi yang diajarkan, penyebabnya adalah siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan dan siswa merasa kurang nyaman dengan teman satu kelompoknya sehingga mereka malas untuk berdiskusi. Untuk mencapai indikator kinerja yang telah ditargetkan maka dilakukan serangkaian perbaikan pada siklus selanjutnya.
Proses pembelajaran pada siklus II lebih menekankan pada perbaikan siklus I, pada tahap ini peneliti meminta bantuan guru mata pelajaran Biologi untuk membantu membagikan kelompok siswa, peneliti juga mengingatkan siswa untuk lebihaktif berdiskusi dan bertanya jika ada materi yang belum dimengerti serta memberikan bimbingan yang lebih terhadap siswa yang masih kurang paham. Pada akhir siklus II, diadakan tes siklus II. Dari hasil tes siklus II, siswa yangmencapai batas ketuntasan meningkat sebesar 28.57% sehingga menjadi 92.85%, kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan siswa telah berkatergori sangat tinggidimana sebanyak 13 siswa dari keseluruhan 14 siswa telah mencapai KKM.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada siklus II, ketuntasan klasikal siswa telah mencapai target yang diharapkan. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan penelitian penggunaan model Group Investigation (GI) pada materi ekosistem dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian kriteria keberhasilan yang ditetapkan telah terpenuhi yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga ketuntasan klasikal siswa dapat tercapai yaitu persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 92.85%. [11][12]Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro Aceh Besar pada materi ekosistem.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata dan persentase ketuntasan. Nilai rata-rata pada tahap awal 30.35, pada siklus I 70.71 dan pada siklus II menjadi 90.35. Demikian pula dengan persentase ketuntasan belajar siswa pada tahap awal 7.15%, siklus I 64.28% dan siklus II menjadi 92.85%. Terjadinya peningkatan tersebut dikarenakan siswa sepenuhnya telah mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan dan mereka aktif dalam diskusi sehingga materi yang dipelajari dapat dengan mudah dipahami.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas X1 pada materi ekosistem di SMA Negeri 1 Kuta Baro dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Kuta Baro pada materi ekosistem ditandai dengan meningkatnya angka persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu tahap awal 7.15%, menjadi 64.28% pada siklus I dan siklus II menjadi 92.85% dengan kategori sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1.   Wibowo S. Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation  dan Think Phare Share. (Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 10 Kota Tanggerang Selatan). [Skripsi] Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: 2011.

2.   Hafnida. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual pada Materi Pokok Ekosistem di Kelas X SMA Swasta Dharma Patra P. Berandan Tahun Pembelajaran 2011/2012. [Skripsi] Medan: Universitas Negeri Medan: 2012.

1.      Winingsih E dan Titik S, 2012, Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick Disertai dengan Concept Map untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada Materi Sistem Pencernaan Siswa Kelas XI IPA I SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. [Prosiding Seminar Nasional Ix Pendidikan Biologi] Fkip Uns. Ums: 51.

2.      Arnyana IBP, 2006, Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2006/2007 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Vol. 2. No. 2, pp 231-251.

5.   Erlina HS. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tiem Game Turnament (TGT) pada Materi Pokok Ekosistem di Kelas X1 SMA Negeri 1 Meranti Kab. Asahan T.P 2011/1012. [Skripsi] Medan: Universitas Negeri Medan: 2012.

6.   Arikunto, 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta.

7.   Arikunto, 2013, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta.

8.   Sudijono A, 2005, Pengantar Statistik Pendidikan, Penerbit: Grafindo Persada, Jakarta.

9.   Rahmayanti. Penggunaan Metode Eksperimen pada Materi Benda dan Sifatnya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA Sekolah Dasar Negeri 24 Banda Aceh. [Skripsi] Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala: 2012.

10. Nurochmah T. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Proses Pembelajaran Biologi Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan pada Manusia (Studi kasus pada siswa SMP N 2 Temon Kulon Progo Kelas VII Semester 1 Tahun Ajaran 2007/2008). [Skripsi] Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2007.

11. Mulyassa, 2004, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan menyenangkan, Penerbit: Wacana Prima, Bandung.

12. Purwatiningsih S, 2009, Peningkatan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Salatiga Melalui Metode Proyek dengan Penilaian Presentasi dan Poster Jurnal Ilmu Kependidikan Vol. 38. no. 1, pp 40-52.


Makalah Pediculus humanus capitis

Pediculus humanus capitis BAB I  PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Perjuangan manusia melawan gangguan  serangga  (Art h ropoda pen...